Blogger templates

WELCOME EVERYONE ^^ Join and Enjoy :) Twitter: @12ik11 Instagram: e.rahadian11 Email: Nara_erik@yahoo.co.id Thank You... \(^^)/

Wednesday, November 18, 2015

psikologi manajemen minggu ke 6 review film motivasi

Pendahuluan
Motivasi merupakan suatu dorongan yang ada di dalam diri individu yang mengarahkan individu untuk mencapai tujuan yang dimilikinya. Setiap orang pasti memiliki motivasi di dalam dirinya, disini kami akan membahas definisi motivasi menurut tokoh dan teori motivasi yang terdapat pada anak-anak di film laskar pelangi.
Review Film
Diangkat dari kisah nyata dan menceritakan kisah masa kecil anak-anak kampung dari suatu komunitas Melayu yang sangat miskin di Belitung. Anak orang-orang ‘kecil’ yang mencoba memperbaiki masa depan mereka dengan semangat yang besar . 
SD Muhammadiyah tertua di daerah Belitung tampak begitu rapuh dan menyedihkan dibandingkan dengan sekolah-sekolah PN Timah (Perusahaan Negara Timah) tempat sekolah anak anak orang kaya didaerah Belitung di era itu . Mereka tersudut dalam ironi yang sangat besar karena kemiskinannya justru berada di tengah-tengah gemah ripah kekayaan PN Timah yang mengeksploitasi tanah ulayat mereka.
Kesulitan terus menerus membayangi sekolah kampung itu. Sekolah yang dibangun atas jiwa ikhlas dan kepeloporan dua orang guru, seorang kepala sekolah yang sudah tua, Bapak Harfan Efendy Noor dan ibu guru muda, Ibu Muslimah Hafsari, yang juga sangat miskin, berusaha mempertahankan semangat besar pendidikan dengan terseok-seok. Sekolah yang nyaris dibubarkan oleh pengawas sekolah Depdikbud Sumsel karena kekurangan murid itu, terselamatkan berkat seorang anak idiot yang sepanjang masa bersekolah nya tak pernah mendapatkan rapor.
Sekolah yang dihidupi lewat uluran tangan para donatur di komunitas marjinal itu begitu miskin: gedung sekolah bobrok, ruang kelas beralas tanah, beratap bolong-bolong, berbangku seadanya, jika malam hari dipakai untuk menyimpan ternak, bahkan kapur tulis sekalipun terasa mahal bagi sekolah yang hanya mampu menggaji guru dan kepala sekolahnya dengan sekian kilo beras, sehingga para guru itu terpaksa menafkahi keluarganya dengan cara lain. Sang kepala sekolah mencangkul sebidang kebun dan sang ibu guru menerima jahitan.
Kendati demikian, keajaiban seakan terjadi setiap hari di sekolah yang dari jauh tampak seperti bangunan yang akan roboh. Semuanya terjadi karena sejak hari pertama kelas satu sang kepala sekolah dan sang ibu guru muda yang hanya berijazah SKP (Sekolah Kepandaian Putri) telah berhasil mengambil hati sebelas anak-anak kecil miskin itu.
Dari waktu ke waktu mereka berdua bahu membahu membesarkan hati kesebelas anak-anak tadi agar percaya diri, berani berkompetisi, agar menghargai dan menempatkan pendidikan sebagai hal yang sangat penting dalam hidup ini. Mereka mengajari kesebelas muridnya agar tegar, tekun, tak mudah menyerah, dan gagah berani menghadapi kesulitan sebesar apapun. Kedua guru itu juga merupakan guru yang ulung sehingga menghasilkan seorang murid yang sangat pintar dan mereka mampu mengasah bakat beberapa murid lainnya. Pak Harfan dan Bu Mus juga mengajarkan cinta sesama dan mereka amat menyayangi kesebelas muridnya. Kedua guru miskin itu memberi julukan kesebelas murid itu sebagai para Laskar Pelangi.
Keajaiban terjadi ketika sekolah Muhamaddiyah, dipimpin oleh salah satu laskar pelangi mampu menjuarai karnaval mengalahkan sekolah PN dan keajaiban mencapai puncaknya ketika tiga orang anak anggota laskar pelangi (Ikal, Lintang, dan Sahara) berhasil menjuarai lomba cerdas tangkas mengalahkan sekolah-sekolah PN dan sekolah-sekolah negeri. Suatu prestasi yang puluhan tahun selalu digondol sekolah-sekolah PN.
Tak ayal, kejadian yang paling menyedihkan melanda sekolah Muhamaddiyah ketika Lintang, siswa paling jenius anggota laskar pelangi itu harus berhenti sekolah padahal cuma tinggal satu triwulan menyelesaikan SMP. Ia harus berhenti karena ia anak laki-laki tertua yang harus menghidupi keluarga, sebab ketika itu ayahnya meninggal dunia.
Belitong kembali dilanda ironi yang besar karena seorang anak jenius harus keluar sekolah karena alasan biaya dan nafkah keluarga justru disekelilingnya PN Timah menjadi semakin kaya raya dengan mengekploitasi tanah leluhurnya.
Meskipun awal tahun 90-an sekolah Muhamaddiyah itu akhirnya ditutup karena sama sekali sudah tidak bisa membiayai diri sendiri, tapi semangat, integritas, keluhuran budi, dan ketekunan yang diajarkan Pak Harfan dan Bu Muslimah tetap hidup dalam hati para laskar pelangi. Akhirnya kedua guru itu bisa berbangga karena diantara sebelas orang anggota laskar pelangi sekarang ada yang menjadi wakil rakyat, ada yang menjadi research and development manager di salah satu perusahaan multi nasional paling penting di negeri ini, ada yang mendapatkan bea siswa international kemudian melakukan research di University de Paris, Sorbonne dan lulus S2 dengan predikat with distinction dari sebuah universitas terkemuka di Inggris. 
Semua itu, buah dari pendidikan akhlak dan kecintaan intelektual yang ditanamkan oleh Bu Mus dan Pak Harfan. Kedua orang hebat yang mungkin bahkan belum pernah keluar dari pulau mereka sendiri di ujung paling Selatan Sumatera sana.
Definisi Motivasi
Menurut Walgito (dalam Basuki, 2008) motivasi adalah keadaan dalam diri individu atau organism yang medorong perilaku kearah tujuan yang terdiri dari 3 aspek yaitu:
Keadaan yang mendorong dan kesiapan bergerak dalam diri organism yang timbul karena jasmani, keadaan lingkungan, keadaan mental.
Perilaku yang timbul dan terarah karena kedaan tersebut
Sasaran atau tujuan yang dikejar oleh perilaku tersebut
Menurut Plotnik (dalam Basuki, 2008) motivasi mengacu pada berbagai factor fisiologis dan psikologis yang menyebabkan seseorang melakukan aktivitas dengan cara yang spesifik pada waktu tertentu, orang yang termotivasi menunjukan 3 ciri:
Terdorong melakukan suatu kegiatan
Langsung mengarahkan energi untuk mencapai suatu tujuan
Mempunyai intensitas perasaan-perasaan yang berbeda tentang pencapaian tujuan itu
Teori Motivasi
Frederick Herzberg (Teori Dua Faktor)
Frederick Herzberg mengembangkan teori isi yang dikenal sebagai teori motivasi dua faktor. Kedua faktor tersebut yaitu motivator dan hygiene. Faktor motivator adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku dalam kehidupan seseorang.
David Mc. Clelland (Teori Motivasi Prestasi) 
Teori Motivasi Prestasi adalah teori motivasi yang secara dekat berhubungan dengan konsep pembelajaran. Teori ini menitik beratkan pada tiga kebutuhan:
Kebutuhan untuk mencapai hasil (needs for achievemen) merupakan dorongan untuk berhasiI mencapai tujuan.
Kebutuhan akan kekuasaan (need for power) merupakan kebutuhan untuk membuat pihak lain berperilaku sesuai dengan kehendaknya.
Kebutuhan untuk aplikasi (needs for affiliatio) merupakan keinginan akan hubungan persahabatan antar pribadi.
Analisis Film Sesuai Teori
Teori Dua Faktor
Faktor motivator adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, contohnya anak laskar pelangi memiliki keinginan yang kuat untuk memenangkan karnaval dan lomba cerdas cermat antar sekolah yang akhirnya bisa mereka menangkan sedangkan faktor hygiene atau faktor yang sifatnya ekstrinsik contohnya seperti yang dilakukan oleh bu Muslimah dan pak Harfan mereka terus berusaha membesarkan hati kesebelas anak laskar pelangi agar percaya diri, berani berkompetisi, agar menghargai dan menempatkan pendidikan sebagai hal yang sangat penting dalam hidup ini.
Teori Motivasi Prestasi
Dari teori ini dapat disimpulkan bahwa manusia pada hakekatnya mempunyai kemampuan untuk berprestasi diatas kemampuan orang lain. seseorang dianggap mempunyai motivasi untuk berprestasi jika mempunyai keinginan untuk melakukan sesuatu karya yang berprestasi lebih baik dari prestasi karya orang lain.
Daftar Pustaka
Mendari, S, A. (2010). Aplikasi Teori Hierarki Kebutuhan Maslow dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Mahasiswa.STIE Musi Palembang. Ejournal Psikologi. 1, 84-85
Basuki, H. (2008). Psikologi Umum. Depok: Universitas Gunadarma

Wednesday, November 11, 2015

Psikologi Majemen minggu ke 5 Review film kepimpinan

REVIEW FILM EVEREST
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Film merupakan karya seni berupa rangkaian gambar hidup yang diputar sehingga menghasilkan sebuah ilusi gambar bergerak yang disajikan sebagai bentuk hiburan. Ilusi dari rangkaian gambar tersebut menghasilkan gerakan kontinyu berupa video. Film sering disebut juga sebagai movie atau moving picture. Film merupakan bentuk seni modern dan populer yang dibuat untuk kepentingan bisnis dan hiburan. Pembuatan film kini sudah menjadi sebuah industri populer di seluruh dunia, dimana film film layar lebar selalu dinantikan kehadirannya di bioskop bioskop.
Film everest merupakan film yang diangkat dari buku Into Thin Air yang ditulis oleh jurnalis Jon Krakauer, film ini juga Kisah yang nyata tahun 1996, dimana saat itu Everest menjadi saksi tewasnya 8 pendaki di pegunungan Himalaya, Nepal.

1.2 Rumusan masalah
1. Siapa saja tokoh yang berperan dalam film everest?
2. Bagaimana perjuangan rob dan kawan-kawan untuk mencapai puncak gunung?
3. Bagaimana tanggung jawab rob kepada kawan-kawan untuk mencapai puncak gunung?
4. Teori apa saja yang termasuk dalam film everest?

1.3 Tujuan
Dapat memahami dan mempelajari tentang perjuangan seseorang untuk mencapai puncak gunung, kerjasama dan kesetiakawanan dalam melewati rintangan dan kesetiaan istri terhadap suami.





BAB II
PEMBAHASAN

Film ini diangkat berdasarkan kisah nyata pada 10 Mei 1996. Kisah ini adalah salah satu tragedi terbesar dalam sejarah pendakian puncak Everest. Kisah yang menelan 12 pendaki tewas diterjang badai salju.
Film Everest juga seperti berniat membuat rekonstruksi ulang sekaligus pemeriksaan terhadap penyebab tragedi 1996 yang menjadi poin utama film ini. Cuaca ekstrem, kondisi beberapa peserta, dan membludaknya jumlah pendaki yang berimbas pada manajemen jalur pendakian dan perlengkapannya, ditekankan sebagai penyebab utama dari tewasnya sejumlah pendaki saat itu. Puncak Everest di Pegunungan Himalaya mempunyai pesona yang sangat mengagumkan sehingga banyak pendaki amatir hingga profesional mempertaruhkan jiwa dan raga bahkan nyawa untuk bisa berada di puncak tertinggi di 8.848 meter di atas permukaan laut.
Rob Hall (Jason Clarke) adalah seorang pendaki profesional yang menjadi pemandu ekspedisi puncak Everest dibawah naungan Adventure Consultans. Ia membuka peluang bagi siapa saja yang ingin mendaki puncak tertinggi di dunia.
Bersama tim yang telah mengenal Everest, Mike Groom (Thomas M. Wright), Ang Dorjee (Ang Phula Sherpa), dan Andy "Harold" Harris (Martin Henderson), Rob membawa klien menuju puncak tertinggi.
Kliennya pun dari berbagai macam profesi mereka adalah Beck Weathers (Josh Brolin), Doug Hansen (John Hawkes), Lou Kasischke (Mark Derwin), Frank Fischbeck (Todd Boyce), Jon Krakauer (Michael Kelly), Yasuko Namba (Naoko Mori), John Taske (Tim Dantay), dan Stuart Hutchison (Demetri Goritsas).
Semua persiapan telah dirampungkan. Cuaca yang cerah dan persiapan yang matang mereka yakin akan berada di puncak tertinggi pada 10 Mei 1996. Pendakian pun dilakukan, halangan dan rintangan bisa dilewati dengan kerjasama dan kesetiakawanan yang erat.
Pendakian dimulai dari Katmandu dan disini kita bisa melihat sekilas dan kebudayaan dan kehidupan masyarakat Nepal. Sebelum mendaki, para pendaki harus di-aklimatisasi terlebih dahulu selama beberapa minggu agar bisa beradaptasi dengan cuaca ekstrim di ketinggian 8.000+ meter di atas permukaan laut, yang bisa menyebabkan hipotermia dan kerusakan organ parah.
Adventure Consultant bukanlah satu-satunya guide komersil disana. Ada banyakguide lain yang ikut tahun ini yang mengakibatkan pendakian kali ini menjadi pendakian teramai. Dua grup yang paling mencolok dipimpin oleh Scott Fischer (Jake Gyllenhaal) dari Amerika dan Anatoli Boukreev (Ingvar Sigordson) dari Rusia yang punya hubungan yang tak terlalu baik dengan Rob.
Rob sadar udara yang cerah, membuat seluruh pendaki dari mancanegara ingin berada di atas pada 10 Mei. Hal ini membuatnya bekerjasama dengan rombongan Scott Fiscer (Jake Gyllenhaal) dari tim Mountain Madness. Dua leader pendaki ini bekerjasama untuk membawa rombongannya naik ke puncak dengan cara dan pola yang berbeda. Untuk melewati maut, leader yang terkenal di Everest ini keduanya saling bergotong royong dan saling percaya.
Rob berhasil membawa rombongannya ke atas puncak kecuali Beck Weathers yang tertinggal karena masalah penglihatan. Berbeda dengan Rob, Scott tidak mampu melewati halangan di berbagi jalur yang ada. Beberapa rombongan ada yang sampai ke puncak namun Scott sendiri terjebak di jalur sempit.
Petualangan berubah menjadi tragedi. Bukan hanya karena perubahan cuaca namun juga dikarenakan human error seperti kurangnya tabung oksigen atau tali pengaman yang putus, yang tidak begitu dijelaskan.
Rob dan Doug harus melewati jalur yang sulit. Kesulitan semakin menjadi jadi saat fisik mereka melemah sedangkan badai mulai datang. Oksigen yang menipis membuat konsentrasi mereka memudar. Berbagai penyakit dalam cuaca dingin pun mereka rasakan. Saat menapaki jalur setapak, Doug tiba-tiba menghilang. Perjuangan Rob mengantarkan Doug tidak terbayar, karena sahabatnya lebih memilih menjatuhkan diri untuk meringankan beban Rob menuju basecamp.
Rob sendirian. Basecamp selaku pusat komando mencari keberadaan sang pemimpin. Adventure Consultans tak ingin sang pemimpin meninggal di atas puncak. Adventure Consultans menghubungi istri Rob. Di momen ini, Rob memberi nama anak perempuannya Sarah lewat sambungan radio.
Everest lebih banyak menunjukan tentang drama ketimbang action. Perbincangan Rob dengan basecamp selaku pusat komando dan sang istri lebih kuat ketimbang aksi mereka ketika mendaki atau turun.

Analisis film sesuai teori menurut kelompok:
Menurut kelompok kami, sikap Rob sebagai leader berhubungan dengan beberapa teori kepemimpinan, yaitu:
1. Ralph M. Stogdill dalam Sutarto (1998) memberikan pengertian kepemimpinan sebagai suatu proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan sekelompok orang yang terorganisasi dalam usaha mereka menetapkan dan mencapai tujuan.
2. Menurut Hemphill and Coons (1957) bahwa kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang akan dicapai bersama.

3. Menurut Janda (1960) kepemimpinan adalah suatu jenis hubungan kekeuasaan yang ditandai oleh persepsi anggota kelompok bahwa anggota kelompok yang lain mempunyai hak untuk merumuskan pola perilaku dari anggota yang pertama dalam hubungannya dengan kegiatannya sebagai anggota kelompok.
4. Menurut Rauch and Behling (1984) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasikan kearah pencapaian tujuan.
5. Menurut Jacobs and Jacques (1990) kepemimpinan adalah interaksi antarmanusia dimana salah satunya menyajikan suatu jenis informasi tertentu sedemikian rupa sehingga yang lain yakin bahwa hasilnya akan lebih baik jika ia berperilaku sesuai dengan cara-cara yang dianjurkan atau diharapkan.
6. Sedangkan Sutarto (1998) mendefinisikan kepemimpian sebagai rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Sikap Rob di film ini sebagai pemimpin menurut kelompok kami sudah cukup baik. Rob bertanggung jawab atas keselamatan anggotanya dan bertanggung jawab atas tujuan yang ingin dicapai. Rob mampu menjadi sosok leader yang mengayomi dan tak pantang menyerah. Sementara itu sosok Scott Fischer memang punya andil dalam pendakian ini


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam film ini kita bisa memgetahui bagaimana cara mendaki gunung dengan baik dan benar. Dan mempersiapkan persiapan yang matang dan perlengkapan mendaki yang sesuai. Film ini berisi makna bagaimana seorang pemimpin yang bertanggung jawab atas anggota – anggotanya. Selain itu juga kita bisa melihat keindahan pergunungan hmalaya dan gunung everst.


DAFTAR PUSTAKA
Sutikno, S. M. (2014). Pemimpin dan Kepemimpinan. Lombok : Holistica
Ali, E. M. (2013). Kepemimpinan Integratif Dalam Konteks Good Governance. Jakarta : PT. Multicerdas Publishing


Wednesday, November 4, 2015

Psikologi Manajemen minggu ke-4 Leadership

Pendahuluan

Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi dibanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik. Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri. Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.

Teori

A. Definisi Leadership

1. Ralph M. Stogdill dalam Sutarto (1998) memberikan pengertian kepemimpinan sebagai suatu proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan sekelompok orang yang terorganisasi dalam usaha mereka menetapkan dan mencapai tujuan.

2. Menurut Hemphill and Coons (1957) bahwa kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang akan dicapai bersama.

3. Menurut Janda (1960) kepemimpinan adalah suatu jenis hubungan kekeuasaan yang ditandai oleh persepsi anggota kelompok bahwa anggota kelompok yang lain mempunyai hak untuk merumuskan pola perilaku dari anggota yang pertama dalam hubungannya dengan kegiatannya sebagai anggota kelompok.

4. Menurut Rauch and Behling (1984) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasikan kearah pencapaian tujuan.

5. Menurut Jacobs and Jacques (1990) kepemimpinan adalah interaksi antarmanusia dimana salah satunya menyajikan suatu jenis informasi tertentu sedemikian rupa sehingga yang lain yakin bahwa hasilnya akan lebih baik jika ia berperilaku sesuai dengan cara-cara yang dianjurkan atau diharapkan.

6. Sedangkan Sutarto (1998) mendefinisikan kepemimpian sebagai rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses, perilaku atau hubungan yang menyebabkan suatu kelompok dapat bertindak secara bersama-sama atau secara bekerja sama atau sesuai dengan aturan atau sesuai dengan tujuan bersama.

B. Teori Kepemimpinan Partisipatif

1. Teori x & teori y dari Douglas MxGregor

Teori prilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan pemimpin dan bukan pemimpin pada orang-orang. Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side Enterprise di mana para manajer / pemimpin organisasi perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai / karyawan yaitu teori x atau teori y.

a. Teori X

Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.

b. Teori Y

Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja.

Teori ini merupakan salah satu teori kepemimpinan yang masih banyak penganutnya. Menurut McGregor, organisasi tradisional dengan ciri-cirinya yang sentralisasi dalam pengambilan keputusan, terumuskan dalam dua model yang dia namakan Theori X dan Teori Y.

2. Teori sistem 4 dari Rensis Likert

Gaya Kepemimpinan yang berlandaskan pada hubungan antara manusia melalui hasil produksi dari sudut pandang manajemen yang kemudian dikenal dengan Four Systems Theory. Empat Sistem Kepemimpinan menurut Likert tersebut antara lain :

a. Sistem Otokratis Eksploitif

Pada sistem Otokratis Eksploitif ini, pemimpin membuat semua keputusan yang berhubungan dengan kerja dan memerintah para bawahan untuk melaksanakannya. Standar dan metode pelaksanaan juga secara kaku ditetapkan oleh pemimpin. Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui ancaman atau hukuman. Komunikasi yang dilakukan satu arah ke bawah (top-down).

Ciri-ciri sistem otokratis eksploitif ini antara lain:
  • Pimpinan menentukan keputusan 
  • Pimpinan menentukan standar pekerjaan 
  • Pimpinan menerapkan ancaman dan hukuman
  • Komunikasi top down 

b. Sistem Otokratis Paternalistic

Pada sistem ini, Pemimpin tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan untuk memberikan komentar terhadap perintah-perintah tersebut. Berbagai fleksibilitas untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dalam batas-batas dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan. Pemimpin mempercayai bawahan sampai tingkat tertentu, memotivasi bawahan dengan ancaman atau hukuman tetapi tidak selalu dan memperbolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan wewenang, meskipun dalam pengambilan keputusan masih melakukan pengawasan yang ketat.

Ciri-ciri dri sistem Otokratis Paternalistic atau Otoriter Bijak, antara lain:
  • Pimpinan percaya pada bawahan
  • Motivasi dengan hadiah dan hukuman
  • Adanya komunikasi ke atas
  • Mendengarkan pendapat dan ide bawahan
  • Adanya delegasi wewenang 

c. Sistem Konsultatif

Pada sistem ini, Pemimpin menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah setelah hal-hal itu didiskusikan dahulu dengan bawahan. Bawahan dapat membuat keputusan – keputusan mereka sendiri tentang cara pelaksanaan tugas. Penghargaan lebih digunakan untuk memotivasi bawahan daripada ancaman hukuman.

Pemimpin mempunyai kekuasaan terhadap bawahan yang cukup besar. Pemimpin menggunakan balasan (insentif) untuk memotivasi bawahan dan kadang-kadang menggunakan ancaman atau hukuman. Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh bawahan.

Ciri-ciri Sistem konsultatif antara lain:
  • Komunikasi dua arah 
  • Pimpinan mempunyai kepercayaan pada bawahan 
  • Pembuatan keputusan dan kebijakan yang luas pada tingkat atas 

d. Sistem Partisipatif

Sistem partisipatif adalah sistem yang paling ideal menurut Likert tentang cara bagaimana organisasi seharusnya berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok. Bila pemimpin secara formal yang membuat keputusan, mereka melakukan setelah mempertimbangkan saran dan pendapat dari para anggota kelompok. Untuk memotivasi bawahan, pemimpin tidak hanya mempergunakan penghargaan-penghargaan ekonomis tetapi juga mencoba memberikan kepada bawahan perasaan yang dibutuhkan dan penting. Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan, menggunakan insentif ekonomi untuk memotivasi bawahan. Komunikasi dua arah dan menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja.

Ciri-ciri Sistem Partisipatif antara lain:
  • Team work
  • Adanya keterbukaan dan kepercayaan pada bawahan
  • Komunikasi dua arah (top down and bottom up) 

3. Teori of leadership Pattern choice dari Tannenbaum & Schmidt

Tahun 1957, Robert Tannenbaum dan Warren Schmidt menulis salah satu artikel yang paling revolusioner yang pernah muncul dalam The Harvard Business Review. Artikel ini, berjudul “Bagaimana Memilih sebuah Pola Kepemimpinan, adalah signifikan dalam bahwa itu menunjukkan gaya kepemimpinan adalah pilihan manajer.

Tujuh “pola kepemimpinan” yang di identifikasi oleh Tannenbaum dan Schmidt.

Pola kepemimpinan ditandai dengan angka-angka di bagian bawah diagram ini mirip dengan gaya kepemimpinan, tetapi definisi dari masing-masing terkait dengan proses pengambilan keputusan. Demokrasi (hubungan berorientasi) pola kepemimpinan yang ditandai oleh penggunaan wewenang oleh bawahan.Otoriter (tugas berorientasi) pola kepemimpinan yang ditandai oleh penggunaan wewenang oleh pemimpin. Perhatikan bahwa sebagai penggunaan kekuasaan oleh bawahan meningkat (gaya demokratis) penggunaan wewenang oleh pemimpin berkurang secara proporsional.

a. Kepemimpinan Pola 1: “Pemimpin izin bawahan berfungsi dalam batas-batas yang ditentukan oleh superior.”

Contoh: Pemimpin memungkinkan anggota tim untuk memutuskan kapan dan seberapa sering untuk bertemu.

b. Kepemimpinan Pola 2: “Pemimpin mendefinisikan batas-batas, dan meminta kelompok untuk membuat keputusan.”

Contoh: Pemimpin mengatakan bahwa anggota tim harus memenuhi setidaknya sekali seminggu, tetapi tim bisa memutuskan mana hari adalah yang terbaik

c. Kepemimpinan Pola 3: “Pemimpin menyajikan masalah, mendapat kelompok menunjukkan maka pemimpin membuat keputusan.”

Contoh: Pemimpin meminta tim untuk menyarankan hari-hari baik untuk bertemu, maka pemimpin memutuskan hari apa tim akan bertemu.

d. Kepemimpinan Pola 4: “Pemimpin tentatif menyajikan keputusan untuk kelompok. Keputusan dapat berubah oleh kelompok.”

Contoh: Pemimpin kelompok bertanya apakah hari Rabu akan menjadi hari yang baik untuk bertemu. Tim menyarankan hari-hari lain yang mungkin lebih baik.

e. Kepemimpinan Pola 5: “Pemimpin menyajikan ide-ide dan mengundang pertanyaan.”

Contoh: Pemimpin tim mengatakan bahwa ia sedang mempertimbangkan membuat hari Rabu untuk pertemuan tim. Pemimpin kemudian meminta kelompok jika mereka memiliki pertanyaan.

f. Kepemimpinan Pola 6: “Para pemimpin membuat keputusan kemudian meyakinkan kelompok bahwa keputusan yang benar.”

Contoh: Pemimpin mengatakan kepada anggota tim bahwa mereka akan bertemu pada hari Rabu. Pemimpin kemudian meyakinkan anggota tim bahwa Rabu adalah hari-hari terbaik untuk bertemu.

g. Kepemimpinan Pola 7: “Para pemimpin membuat keputusan dan mengumumkan ke grup.”Contoh: Pemimpin memutuskan bahwa tim akan bertemu pada hari Rabu apakah mereka suka atau tidak, dan mengatakan bahwa berita itu kepada tim.

4. Teori kepemimpinan dari konsep Modern Choice Approach to Participation yang memuat decicion tree for leadership dari Vroom & Yetton

Salah satu tugas utama dari seorang pemimpin adalah membuat keputusan. Karena keputusan-keputusan yg dilakukan para pemimpin sering kali sangat berdampak kepada para bawahan mereka, maka jelas bahwa komponen utama dari efektifitas pemimpin adalah kemampuan mengambil keputusan yang sangat menentukan keberhasilan melaksanakan tugas-tugas pentingnya. Pemimpin yang mampu membuat keputusan dengan baik akan lebih efektif dalam jangka panjang dibanding dengan mereka yang tidak mampu membuat keputusan dengan baik. Sebagaimana telah kita pahami bahwa partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan dapat meningkatkan kepuasan kerja, mengurangi stress, dan meningkatkan produktivitas.

Normative Theory dari Vroom and Yetton sebagai berikut :
  • AI (Autocratic): Pemimpin memecahkan masalah atau membuat keputusan secara unilateral, menggunakan informasi yang ada.
  • AII (Autocratic): Pemimpin memperoleh informasi yang dibutuhkan dari bawahan namun setelah membuat keputusan unilateral.
  • CI (Consultative): Pemimpin membagi permasalahan dengan bawahannya secara perorangan, namun setelah itu membuat keputusan secara unilateral.
  • CII (Consultative): Pemimpin membagi permasalahan dengan bawahannya secara berkelompok dalam rapat, namun setelah itu membuat keputusan secara unilateral.
  • GII (Group Decision): Pemimpin membagi permasalahan dengan bawahannya secara berkelompok dalam rapat; Keputusan diperoleh melalui diskusi terhadap konsensus. 
Dalam memilih alternatif-alternatif pengambilan keputusan tersebut para pemimpin perlu terlebih dahulu membuat pertanyaan kepada diri sendiri, seperti: apakah kualitas pengambilan keputusan yang tinggi diperlukan, apakah saya memiliki informasi yang cukup untuk membuat keputusan yang berkualitas tersebut, apakah permasalahannya telah terstruktur dengan baik. Dalam kaitannya dengan penerimaan keputusan, pemimpin harus bertanya, apakah sangat penting untuk efektifitas implementasi para bawahan menerima keputusan, apakah para bawahan menerima tujuan organisasi yang akan dicapai melalui pemecahan masalah ini.

Normative Theory: Rules Designed To Protect Decision Quality (Vroom & Yetton, 1973). 
  • Leader Information Rule: Jika kualitas keputusan penting dan anda tidak punya cukup informasi atau ahli untuk memecahkan masalah itu sendiri, eleminasi gaya autucratic.
  • Goal Congruence Rule: Jika kualitas keputusan penting dan bawahan tidak suka untuk membuat keputusan yang benar, aturlah keluar gaya partisipasi tertinggi.
  • Unstructured Problem Rule: Jika kualitas keputusan penting untuk anda kekurangan cukup informasi dan ahli dan masalah ini tidak terstruktur, eliminasi gaya kepemimpinan autocratic.
  • Acceptance Rule: Jika persetujuan dari bawahan adalah krusial untuk implementasi efektif, eliminasi gaya autocratic.
  • Conflict Rule: Jika persetujuan dari bawahan adalah krusial untuk implementasi efektif, dan mereka memegang opini konflik di luar makna pencapaian beberapa sasaran, eliminasi gaya autocratic.
  • Fairness Rule: Jika kualitas keputusan tidak penting, namun pencapaiannya penting, maka gunakan gaya yang paling partisipatif.
  • Acceptance Priority Rule: Jika persetujuan adalah kritikan dan belum tentu mempunyai hasil dari keputusan autocratic dan jika bawahan tidak termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi, gunakan gaya yang paling partisipatif. 
Model ini membantu pemimpin dalam menentukan gaya yang harus dipakai dalam berbagai situasi. Tidak ada satu gaya yang dapat dipakai pada segala situasi. Fokus utama harus pada masalah yang akan dihadapi dan situasi di mana masalah ini terjadi. Gaya kepemimpinan yang digunakan pada satu situasi tidak boleh membatasi gaya yang dipakai dalam situasi lain.

Hal-hal yang harus diperhatikan :
  • Beberapa proses sosial mempengaruhi tingkat partisipasi bawahan dalam pemecahan masalah.
  • Spesifikasi kriteria untuk menilai keefektifan keputusan yang termasuk dalam keefektifan keputusan antara lain: kualitas keputusan, komitmen bawahan, dan pertimbangan waktu.
  • Kerangka untuk menggambarkan perilaku atau gaya pemimpin yang spesifik.
  • Variabel diagnostik utama yang menggambarkan aspek penting dari situasi kepemimpinan. 
5. Teori kepeimimpinan dari konsep Contigency theory of leadership dari Fiedler

Para pemimpin mencoba melakukan pengaruhnya kepada anggota kelompok dalam kaitannya dengan situasi-situasi yang spesifik. Karena situasi dapat sangat bervariasi sepanjang dimensi yang berbeda, oleh karenanya hanya masuk akal untuk memperkirakan bahwa tidak ada satu gaya atau pendekatan kepemimpinan yang akan selalu terbaik.

Penerimaan kenyataan dasar ini melandasi teori tentang efektifitas pemimpin yang dikembangkan oleh Fiedler, yang menerangkan teorinya sebagai Contingency Approach. Asumsi dasar adalah bahwa sangat sulit bagi pemimpin untuk mengubah gaya kepemimpinan yang telah membuat ia berhasil, penekanan pada efektifitas dari suatu kelimpok, efektivitas suatu organisasi tegantung pada (is contingent upon), dua variable yang saling berinteraksi yaitu: 1) system motivasi dari pemimpin, 2) tingkat atau keadaan yang menyenangkan dari situasi.

Model kepemimpinan kontijensi Fiedler (1964, 1967) menjelaskan bagaimana situasi menengahi hubungan antara efektivitas kepemimpinan dengan ukuran ciri yang disebut nilai LPC rekan kerja yang paling tidak disukai (Yukl, 2005:251). Fiedler menemukan bahwa tugas pemimpin berorientasi lebih efektif dalam situasi kontrol rendah dan moderat dan hubungan manajer berorientasi lebih efektif dalam situasi kontrol moderat.

Fiedler memprediksi bahwa para pemimpin dengan Low LPC yakni mereka yang mengutamakan orientasi pada tugas, akan lebih efektif dibanding para pemimpin yang High LPC, yakni mereka yang mengutamakan orientasi kepada orang / hubungan baik dengan orang apabila kontrol situasinya sangat rendah ataupun sangat tinggi.

Sebaliknya para pemimpin dengan High LPC akan lebih efektif disbanding pemimpinan dengan Low LPC apabila kontrol situasinya moderat.

Model kepemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model kontingensi karena model tersebut beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian situasi (the favourableness of the situation) yang dihadapinya. Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan ketiga faktor ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin. Ketiga faktor tersebut adalah hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader-member relations), struktur tugas (the task structure) dan kekuatan posisi (position power).

System kepemimpinan dibagi menjadi 3 dimensi:

a. Hubungan pemimpin-pengikut

Pemimpin akan mempunyai lebih banyak kekuasaan dan pengaruh, apabila ia dapat menjalin hubungan yang baik dengan anggota-anggotanya, artinya kalau ia disenangi, dihormati dan dipercaya.

b. Struktur tugas

Bahwa penugasan yang terstruktur baik, jelas, eksplisit, terprogram, akan memungkinkan pemimpin lebih berpengaruh dari pada kalau penugasaan itu kabur, tidak jelas dan tidak terstruktur.

c. Posisi kekuasaan

Pemimpin akan mempunyai kekuasaan dan pengaruh lebih banyak apabila posisinya atau kedudukannya memperkenankan ia memberi hukuman, mengangkat dan memecat, dari pada kalau ia memiliki kedudukan seperti itu.

6. Teori kepemimpinan dari konsep Path Goal theory

Menurut model ini, pemimpin menjadi efektif karena efek positif yang mereka berikan terhadap motivasi para pengikut, kinerja dan kepuasan. Teori ini dianggap sebagai path-goal karena terfokus pada bagaimana pemimpim mempengaruhi persepsi dari pengikutnya tentang tujuan pekerjaan, tujuan pengembangan diri, dan jalur yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan (Ivancevich, dkk, 2007:205).

Dasar dari path goal adalah teori motivasi ekspektansi. Teori awal dari path goal menyatakan bahwa pemimpin efektif adalah pemimpin yang bagus dalam memberikan imbalan pada bawahan dan membuat imbalan tersebut dalam satu kesatuan (contingent) dengan pencapaian bawahan terhadap tujuan sepsifik.

Perkembangan awal teori path goal menyebutkan empat gaya perilaku spesifik dari seorang pemimpin meliputi direktif, suportif, partisipatif, dan berorientasi pencapaian dan tiga sikap bawahan meliputi kepuasan kerja, penerimaan terhadap pimpinan, dan harapan mengenai hubungan antara usaha, kinerja, imbalan.

Model kepemimpinan jalur tujuan (path goal) menyatakan pentingnya pengaruh pemimpin terhadap persepsi bawahan mengenai tujuan kerja, tujuan pengembangan diri, dan jalur pencapaian tujuan. Dasar dari model ini adalah teori motivasi eksperimental. Model kepemimpinan ini dipopulerkan oleh Robert House yang berusaha memprediksi ke-efektifan kepemimpinan dalam berbagai situasi

Kesimpulan

Kepemimpinan menurut para peneliti dan praktisi mendefinisikan kepemimpinan sesuai dengan perspektif‐ perspektif individual dan aspek dari fenomena yang paling menarik perhatian mereka. Teori kepemimpinan partisipatif dibagi menjadi enam macam yaitu: Teori X & Teori Y dari Dougles Mc Gregor, Teori 4 sistem dari Rensit Likert, Theory of Leadership Pattern Choice dari Tannebowm and Schmidt, Teori kepemimpinan dari konsep modern choice approach participation yang memuat decicion tree for leadership dari vroom & yetten, Teori kepemimpinan dari konsep Contingency Theory of Leaderhip dari Fiedler dan Teori kepemimpinan dari konsep path goal theory.

Daftar Pustaka


  • Alfian, M. Alfan. (2009). Menjadi pemimpin politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
  • Ismainar, H. (2015). Manajemen unit kerja. Yogyakarta: Deepublish.
  • Ivancevich, dkk. 2007. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta : Erlangga.
  • Purwanto, D. 2006. Komunikasi Bisnis. Jakarta: PENERBIT ERLANGGA
  • Kartini Kartono. 1998. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : PT. Grafindo Persada
  • Djamaludin Ancok. Hubungan Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional dengan Motivasi Bawahan di Militer. Journal of Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Volume 32 (2) 112-127.

Tuesday, October 20, 2015

Psikologi Manajemen - Kekuasaan

BAB I
Pendahuluan
1.0 Latar Belakang
Dewasa ini segala sesuatu peraturan bahkan perubahan selalu terkait dengan Kekuasaan baik itu kekuasaan individu ataupun institusi / kelompok, yang dimana hasil dari kekuasaan tersebut tentu akan menghasilkan suatu efek baik itu positif atau negatif dan dapat dirasakan secara langsung atau tidak langsung oleh masyarakat luas atau juga oleh orang-orang di  sekitar institusi.
Kekuasaan secara Umum dapat diartiikan suatu kemampuan yang terdapat dalam diri manusia atau kelompok maanusia yang daoat mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok orang lain dalam interaksinya sehingga hasil dari interaksi yang dilakukan secara aktif ini dapat menimbulkan hasil yang sesuai dengan tujuan dan keinginan yang terdapat pada orang atau kelompok orang yang berkuasa itu. Dengan memahami hal tersebut tentu dapat membantu kita untuk lebih mengetahui cara mengoptimalkan kekuatan kekuasaan serta cara memanfaatkan kekuasaan secara baik dan bertanggung jawab.


BAB II
Pembahasan
2.0 Landasan Teori
Definisi Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemempuan seseorang untuk memperoleh sesuatu sesuai dengan cara yang dikehendaki (Gibson et al.,1990). Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002). Kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi (Ramlan Surbakti,1992). Dalam hal ini kekuasaan seorang pemimpin memerlukan basis kekuasaan. Basis kekuasaan pemimpin dapat berasal dari berbagai sumber,secara teoritis dapat dikatakan bahwa basis kekuasaa pemimpin dapat berasal dari kekuasaan antar pribadi, yang berasal dari: kekuasaan legitimasi, kekeuasaan imbalan, kekeuasaan keahlian dan kekuasaan referen. Kelima basis kekuasaan antar pribadi ini tidak berdiri sendiri, seorang pemimpin dapat menggunakannya secara kombinasi, sehingga dapat mempengaruhi orang lain.
Sumber-Sumber Kekuasaan Menurut French dan Raven
1. Kekuasaan Paksaan (Coercive Power)
Biasanya pemimpin yang seperti ini selalu bergantung pada kekeuatan fiskal dan mental yang ada padanya, dan pemimpin yang mengamalkan kuasa ini tidak menghargai keupayaan sebenar yang ada pada kakitangannya.
2. Kuasa Insentif (Reward Power)
Karyawan yang menerima reward power berarti mendapatkan suatu kuasa yang positif dan meyebabkan perubahan dan tingkah laku seseorang.
3. Kekuasaan Legitimasi (Legitimate Power)
Kuasa yang sah timbul dari persepsi individu terhadap sesuatu arahan yang diberikan.
4. Kekuasaan Ahli (Expert Power)
Kuasa ini timbul apabila A mempunyai sumber dari segi kepakaran, kemahiran dan pengetahuan yang tinggi dari pandangan B. Maka apa yang diberikan dan diharapkan oleh A ke atas B akan dituruti dengan mudahnya. Kuasa pakar di peroleh oleh mereka yang mempunyai pengetahuan atau kemahiran dalam bidang-bidang tertentu contohnya guru matematika mahir dalam bidangnya dan kemungkinan besar tidak mahir dalam bidang lain seperti mata pelajaran geografi.
5. Kekuasaan Rujukan (Referent Power)
Pemimpin dijadikan sebagai rujukan atau contoh kepada pengikut kerana mempunyai kualiti, karisma dan reputasi yang baik. Apabila dikaitkan dengan karisma, Weber menyatakan ia bukannya bersifat ketuhanan tetapi kualitas luar biasa pada sifatnya yang dipenuhi dengan tenaga, keyakinan, wawasan masyarakat akan datang.
Contoh Kasus :
Seorang pimpinan masuk lebih awal dari karyawannya , sehingga karyawannya mengikuti pimpinan sebagai role model atau idola mereka.




 Daftar Pustaka
- Wirawan Sarwono, Sarlito (2005). Psikologi Sosial Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka.

-  Anwar, H. Fuad (2004). Melawan Gus Dur, Yogyakarta: Pustaka Tokoh Bangsa. 

Tuesday, October 13, 2015

Mempengaruhi Perilaku psikologi manajemen

BAB I Pendahuluan
1.0 Latar Belakang
Dewasa ini segala sesuatu banyak terjadi atau terbentuk karena adanya pengaruh pengaruh baik itu dari luar maupun dari dalam sehingga membuat banyak terjadinya perubahan baik ataupun buruk dalam kehidupan.
Pengaruh adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuataan seseorang. Dari pengertian di atas telah dikemukakan sebelumnya bahwa pengaruh adalah merupakan sesuatu daya yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain. Dengan memahami hal tersebut tentu dapat membantu kita untuk lebih mengetahui cara mengoptimalkan kekuatan pengaruh serta cara mempengaruhi secara baik.





BAB II 
Pembahasan
2.0 Teori
Badudu dan Zain (2001:1031) : “pengaruh adalah (1) daya yang menyebabkan sesuatu yang terjadi; (2) sesuatu yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain; (3) tunduk atau mengikuti karena kuasa atau kekuatan orang lain”.
Norman Barry: “Pengaruh adalah suatu tipe kekuasaan yang jika seorang yang dipengaruhi agar bertindak dengan cara tertentu, dapat dikatakan terdorong untuk bertindak demikian, sekalipun ancaman sanksi yang terbuka tidak merupakan motivasi yang mendorongnya”.
Robert Dahl: “mempunyai pengaruh atas B sejauh ia dapat menyebabkan B untuk berbuat sesuatu yang sebenarnya tidak akan B lakukan”.

2.1 Kunci-Kunci Perubahan Perilaku
Kunci perubahan masyarakat adalah membentuk daya intelektual dan perbuatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, sehingga terjadilah perubahan perilaku yang secara otomatis diikuti dengan perubahan masyarakat.
Perilaku yang akan menjadi kunci perubahan di masyarakat adalah sikap yang mampu melalui berbagai benturan dengan gemilang, adanya kepercayaan diri tanpa batas, dan tekad untuk terus berjuang hingga titik nadir. Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak.
-         Courage                  : Diperlukan keberanian, kebulatan, tekad dan keteguhan hati
-         High confidence             : Kekuatan penggerak hidup anda 
-         Attitude                  : Mental yang positif 
-         New action                      : Tindakan yang benar-benar konsisten
-         Goal                         : Target atau tujuan yang benar-benar diinginkan
-         Excellence             : Menjadi yang terbaik



2.2 Bagaimana Mempengaruhi Perilaku berbagai Model
 Aristoteles yang menyatakan terdapat 3 pendekatan dasar dalam komunikasi yang mampu mempengaruhi orang lain, yaitu:
1. Logical argument (logos)
Penyampaian ajakan menggunakan argumentasi data-data yang ditemukan. Hal ini telah disinggung dalam komponen data.
2. Psychological / emotional argument (pathos)
Penyampaian ajakan menggunakan efek emosi positif maupun negatif.
3. Argument based on credibility (ethos)
Ajakan atau arahan yang dituruti oleh komunikate/ audience karena komunikator mempunyai kredibilitas sebagai pakar dalam bidangnya.


2.3 Wewenang
Wewenang (authority) adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu. 
Penggunaan wewenang secara bijaksana merupakan faktor kritis bagi efektevitas organisasi. Peranan pokok wewenang dalam fungsi pengorganisasian, wewenang dan kekuasaan sebagai metoda formal, dimana manager menggunakannya untuk mencapai tujuan individu maupun organisasi. Wewenang formal tersebut harus di dukung juga dengan dasar-dasar kekuasaan dan pengaruh informal. Manajer perlu menggunakan lebih dari wewenang resminya untuk mendapatkan kerjasama dengan bawahan mereka, selain juga tergantung pada kemampuan ilmu pengetahuan, pengalaman dan kepemimpinan mereka







Daftar Pustaka
Heru Basuki, A.M. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Gunadarma
Munandar, A. S. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Depok: Universitas Indonesia (UI Press) 
Robbins, Stephen.P, dkk. (2008). Organizational Behavior. Jakarta: Salemba Empat
Sarwono, S. W. (2005). Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka.
Lussier R. N & Achua C. F (2010). Leadership: Theory, Application, & Skill Development: Theory, Application and Skill Development 4e. USA: South Western Cengage Learning

Tuesday, October 6, 2015

Definisi Komunikasi dan Dimensi Komunikasi

Bab 1 Pendahuluan


1.1   Latar Belakang
Salah satu faktor penting dalam kehidupan saat ini dalam lingkungan sosial masyarakat saat ini adalah komunikasi. Pesatnya perkembangan teknologi komunikasi ini telah menyedot perhatian para ahli untuk memahami lebih jauh

Komunikasi sendiri terdiri beberapa unsur, salah satunya yaitu dimensi komunikasi yang terdiri dari isi, kebisingan, jaringan serta arah. Dengan memahami hal tersebut tentu dapat membantu kita untuk lebih mengetahui cara mengoptimalkan komunikasi serta cara berkomunikasi secara baik.
 

 Bab 2 Pembahasan
Definisi Komunikasi Menurut Para Tokoh :
Ruben dan Steward (1998:16): Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”),secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.

Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia.

Rogers & D. Lawrence Kincaid: Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yg pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yg mendalam.

Shannon & Weaver: Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yg saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi.

Dimensi-dimensi komunikasi meliputi dibawah ini :

+Isi
Isi adalah apa yang dibicarakan dalam komunikasi antara satu orang dengan orang yang lain atau bahkan lebih.

+Kebisingan
Kebisingan adalah tinggi rendahnya suara yaang terdengar dalam melakukan komunikasi.

+Jaringan
Jaringan adalah sejauh mana seseorang meluaskan jangkauan informasinya dalam melakukan 

+komunikasi. Diantaranya ada komunikasi yang bergantung  pada (jaringan satelit).
Arah
Komunikasi terdiri dari 2 macam arah yaitu :
komunikasi satu arah adalah hanya ada satu orang berbicara menyampaikan infomasi untuk satu orang atau lebih contohnya promosi produk tertentu atau guru dikelas.
Komunikasi 2 arah adalah adanya interaksi antara satu orang menyampaikan informasi satu orang atau lebih juga ikut berbicara sehingga terciptanya interaksi untuk menyampaikan beberapa informasi.

Daftar Pustaka
·         West,Richard, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, Jakarta : Salemba Humanika, 2008.
·         Effendy,Onong,  Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994
·         Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Gramedia Wiasarana Indonesia, 2005
·         Abu, Ahmadi, Psikologi umum, Edisi Revisi 2009.
·         Berger & Chaffee (Eds) Handbook of Communication Science Beverly Hills, Calivornia: Sage,1987