BAB I
Pendahuluan
1.0
Latar Belakang
Dewasa ini segala sesuatu peraturan bahkan perubahan
selalu terkait dengan Kekuasaan baik itu kekuasaan individu ataupun institusi /
kelompok, yang dimana hasil dari kekuasaan tersebut tentu akan menghasilkan
suatu efek baik itu positif atau negatif dan dapat dirasakan secara langsung
atau tidak langsung oleh masyarakat luas atau juga oleh orang-orang di sekitar institusi.
Kekuasaan secara Umum dapat diartiikan suatu
kemampuan yang terdapat dalam diri manusia atau kelompok maanusia yang daoat
mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok orang lain dalam interaksinya
sehingga hasil dari interaksi yang dilakukan secara aktif ini dapat menimbulkan
hasil yang sesuai dengan tujuan dan keinginan yang terdapat pada orang atau
kelompok orang yang berkuasa itu. Dengan memahami hal tersebut tentu dapat
membantu kita untuk lebih mengetahui cara mengoptimalkan kekuatan kekuasaan
serta cara memanfaatkan kekuasaan secara baik dan bertanggung jawab.
BAB II
Pembahasan
2.0
Landasan Teori
Definisi
Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemempuan seseorang untuk
memperoleh sesuatu sesuai dengan cara yang dikehendaki (Gibson et al.,1990). Kekuasaan
adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang
atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002).
Kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berpikir dan
berperilaku sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi (Ramlan Surbakti,1992). Dalam
hal ini kekuasaan seorang pemimpin memerlukan basis kekuasaan. Basis kekuasaan
pemimpin dapat berasal dari berbagai sumber,secara teoritis dapat dikatakan
bahwa basis kekuasaa pemimpin dapat berasal dari kekuasaan antar pribadi, yang
berasal dari: kekuasaan legitimasi, kekeuasaan imbalan, kekeuasaan keahlian dan
kekuasaan referen. Kelima basis kekuasaan antar pribadi ini tidak berdiri
sendiri, seorang pemimpin dapat menggunakannya secara kombinasi, sehingga dapat
mempengaruhi orang lain.
Sumber-Sumber
Kekuasaan Menurut French dan Raven
1. Kekuasaan Paksaan (Coercive Power)
Biasanya pemimpin yang seperti ini selalu bergantung
pada kekeuatan fiskal dan mental yang ada padanya, dan pemimpin yang
mengamalkan kuasa ini tidak menghargai keupayaan sebenar yang ada pada
kakitangannya.
2. Kuasa Insentif (Reward Power)
Karyawan yang menerima reward power berarti
mendapatkan suatu kuasa yang positif dan meyebabkan perubahan dan tingkah laku
seseorang.
3. Kekuasaan Legitimasi (Legitimate Power)
Kuasa yang sah timbul dari persepsi individu
terhadap sesuatu arahan yang diberikan.
4. Kekuasaan Ahli (Expert Power)
Kuasa ini timbul apabila A mempunyai sumber dari
segi kepakaran, kemahiran dan pengetahuan yang tinggi dari pandangan B. Maka
apa yang diberikan dan diharapkan oleh A ke atas B akan dituruti dengan
mudahnya. Kuasa pakar di peroleh oleh mereka yang mempunyai pengetahuan atau
kemahiran dalam bidang-bidang tertentu contohnya guru matematika mahir dalam
bidangnya dan kemungkinan besar tidak mahir dalam bidang lain seperti mata
pelajaran geografi.
5. Kekuasaan Rujukan (Referent Power)
Pemimpin dijadikan sebagai rujukan atau contoh
kepada pengikut kerana mempunyai kualiti, karisma dan reputasi yang baik.
Apabila dikaitkan dengan karisma, Weber menyatakan ia bukannya bersifat
ketuhanan tetapi kualitas luar biasa pada sifatnya yang dipenuhi dengan tenaga,
keyakinan, wawasan masyarakat akan datang.
Contoh Kasus :
Seorang pimpinan masuk lebih awal dari karyawannya ,
sehingga karyawannya mengikuti pimpinan sebagai role model atau idola
mereka.
Daftar Pustaka
- Wirawan Sarwono, Sarlito (2005). Psikologi Sosial
Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka.
- Anwar, H.
Fuad (2004). Melawan Gus Dur, Yogyakarta: Pustaka Tokoh Bangsa.